Network
Jurnal Makassar - Jika biasanya aku hanya duduk santai memperhatikan para pelanggan yang datang silih berganti sambil menyeruput secangkir cokelat panas di pojok ruangan, tidak dengan hari ini. Jadwalku begitu padat.
Aku harus segera mendapatkan kepala koki baru untuk restoranku. Ini semua akibat kepala kokiku yang tiba-tiba ingin mempercepat masa pensiunnya. Terhitung sudah sekitar 10 orang yang kami wawancarai, namun aku merasa belum ada yang cocok.
Ah tidak, bukan kami. Maksudku hanya Aaron-asistenku. Dialah yang sedari tadi sibuk mewawancarai dan aku hanya tidur-tiduran di sofa ruanganku dengan airpods yang tersambung dengan telepon asistenku agar aku tetap bisa mendengar segala isi percakapan mereka.
Baca Juga: Setelah Ditetapkan Sebagai Pria, Aprilia Manganang akan Ganti Nama
Ruanganku dengan asistenku memang bersebelahan dengan pembatas kaca yang dibuat agar aku dapat melihat segala yang terjadi di luar, namun orang dari luar hanya dapat melihat sebuah dinding kaca hitam dan bukanlah kaca yang tembus pandang.
“Next.” Kataku kepada Aaron. Aku melihat mereka berjabat tangan lalu si pria yang barusan aku tolak berjalan pergi meninggalkan ruangan.
“Ini orang terakhir yang akan kita wawancarai hari ini Tuan, jika Tuan masih menolaknya aku menyerah saja. Tuan bisa mencari sendiri orang seperti apa yang Tuan inginkan.”
Baca Juga: Aprilia Manganang Tentara Wanita yang Berubah Jadi Laki-Laki, Ini Kelainan yang Dialaminya
“Hei. Aku ini atasanmu dan kau berani mengancamku. Apakah kau sudah tidak sayang perkerjaanmu lagi huh?”
