Rangnick dan Etika Profesionalitas Berbasis Moral

- 2 April 2023, 09:05 WIB
Selebrasi pemain PSM Makassar usaii menjuarai Liga 1 2022/2023
Selebrasi pemain PSM Makassar usaii menjuarai Liga 1 2022/2023 /Foto: PSM Makassar

Tetap Membumi walau dipuji setinggi Langit

Masih segar diingatan kita bagaimana Rangnick tetap menjadi sosok yang tak jemawa dengan berbagai pujian yang dialamatkan kepadanya. Beberapa minggu ditengah desas-desus kedatangannya di Manchester United kala itu, dia tetap profesional melakukan aktivitasnya di klub Rusia, Lokomotiv Moscow. Bukan meninggalkannya secara mendadak dan bersikap tak jantan dengan mencoba menukangi dua klub sekaligus, walau itu tak mungkin terjadi dalam dunia sepakbola modern.

Ada kisah unik dan sarat makna serta patut dijadikan teladan yang ditunjukkan oleh seorang Rangnick. AC Milan di tahun 2020 hendak merekrutnya menjadi pelatih. Ini dilakukan klub justru ditengah trendnya lagi meningkat dibawah asuhan pelatih Stefano Pioli dimana tim sedang memimpin klasemen Liga Italia kala itu. Bahkan jika Rangnick datang, dua orang dipastikan akan kehilangan posisinya. Selain sang pelatih, juga sang legenda Paolo Maldini yang menjabat direktur teknik klub. Gaji selangit pasti sudah menanti untuk kedua posisi tersebut. Namun diluar dugaan, pria kelahiran Jerman 63 Tahun lalu ini menolak halus.

Dia berpikir realistis oleh karena laju AC Milan sedang bagus-bagusnya. Hal yang tak elok merusak situasi yang sedang harmonis di dalam tim ungkap Rangnick. "Sangat tak bijak bila saya pergi ke sana. Mau dilihat dari sudut pandang siapapun, baik dari saya ataupun klub, hal itu tetap tidak bijak," kata Rangnick pada Agustus 2020 (detiksport)

Kerendahan hati dan bijaknya seorang Rangnick tak salah jika dijadikan sebagai teladan dalam kehidupan kita. Menghargai laju bagus seorang yang bisa saja kita gantikan itu gampang-gampang susah. Presiden AC Milan bisa saja melakukan pergantian atas permintaan Rangnick, namun itu tak kunjung dia minta. Rangnick paham bagaimana perasaan seorang Pioli, dia menempatkan dirinya pada posisi tersebut. Bagaimana seandainya jika hal itu menimpanya, saat Tim yang dibesut sedang dalam performa oke lantas dia diganti walaupun itu berada diujung kontraknya. Dibenaknya mungkin berkata, bahwa ini persoalan etika, ini persoalan moralitas, dan ini adalah contoh yang kurang baik dalam dunia kepelatihan. Mengganti orang yang telah memperbaiki tim yang sedang terpuruk seperti AC Milan di Italia bukanlah hal yang terpuji, walaupun itu dengan alasan ratusan kali ditelpon dan di Whatsapp oleh pemilik klub.

Baca Juga: Spesifikasi Honda Civic Type R 2023 Generasi Keenam yang Baru Saja Mengaspal di Indonesia

Beruntunglah AC Milan yang memiliki Presiden sekelas Paolo Scaroni. Yang tetap mempertahankan Pioli sebagai pelatih hingga detik ini. Dan lihat, AC Milan hanya membutuhkan 1 poin saja untuk memuncaki klasemen liga Italia bulan ini. Dan untungnya AC Milan mengontak seorang Rangnick yang masih mengedepankan etika serta moralitas terhadap sesama pelatih. Bayangkan jika seandainya Milan mengontak seorang pelatih Liga Tarkam (Antar Kampung) yang nekad masuk melatih dengan pengalaman minim dan bahkan dengan bekal reputasi dipecat karna ngebet melatih dua klub yang beda kasta sekaligus secara bersamaan. Selain hanya butuh 1 musim untuk degradasi, klub ini akan jadi tertawaan sepanjang masa. Orang akan mengenang AC Milan melakukan lawak Srimulat yang buat banyak pihak tertawa terbahak-bahak saat menyebut nama klub itu. Rangnick dan AC Milan adalah contoh yang baik, yang pada keduanya tak akan pernah kita dapati dalam manajemen timnya memperbantukan orang-orang yang tak punya kredibilitas dan pengalaman merusak kinerja tim dimasa lalu.

Demikianlah Ralf Rangnick, dia sekarang telah menikmati masa indahnya melatih Timnas Austria. Good Luck Professor!!.

*Anshar Aminullah - Suporter PSM Tribun Depan TV

Halaman:

Editor: Aan Febriansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x