Kisah Yonatan Shapira, Tentara Israel yang Dipecat Karena Tak Ingin Serang Palestina

- 18 Mei 2021, 08:15 WIB
Yonatan Shapira mantan tentara Israel
Yonatan Shapira mantan tentara Israel /Anadolu Agency

Jurnal Makassar – Belum lama ini, muncul seorang bernama Yonatan Shapira yang menghebogkan dunia maya.

Yonatan Shapira merupakan mantan pilot Angkatan Udara Israel menceritakan kisahnya hingga Ia dipecat dari militer.

Pada tahun 2003 silam, Yonatan Shapira diberhentikan dari militer pada 2003 karena membelot dan tidak menyerang Palestina.

Baca Juga: Sidak Dinas Pendidikan, Danny Pomanto: Ada Indikasi Jual Beli Tanda Tangan Rp2 Juta

Dalam sebuah wawancara Yonatan Shapira mengatakan bahwa negaranya, Israel adalah penjahat perang.

Di mana di Israel, ada segelintir orang dari kalangan sipil dan militer yang menentang kebijakan pendudukan dan penindasan pemerintahan Tel Aviv kepada rakyat Palestina, salah satunya Saphira.

Tidak sampai disitu, Yonatan Shapira juga berkampanye dan mengajak anggota militer lain untuk tidak mematuhi perintah dan penyerangan kepada Palestina.

Aksi tersebut menyebabkan dirinya dan beberapa pengikutnya dipecat dari instansi.

Kampanye pembelotan pada pemerintah Israel itu Shapira lakukan bersama 27 lebih pilot militer.

Alhasil dia dan semua rekannya diberhentikan dari Angkatan Udara Israel sejak 2003.

Setelah pemecatannya itu, Shapira juga diberhentikan dari semua pekerjaan lain yang ia lakukan selama aksi pro-Palestina.

Shapira mengangkat hak-hak warga Palestina dan menyuarakan kejahatan perang yang dilakukan tentara Israel dengan mengadakan konferensi internasional.

Saat ini Shapira telah pindah ke Norwegia dan melanjutkan hidup di sana.

Dalam wawancara eksklusif dengan Anadolu Agency, Shapira menjelaskan alasannya bergabung dengan tentara Israel.

Dia juga bercerita awal mula dia menyadari dirinya bagian dari 'organisasi teroris', sebutannya untuk Israel.

"Saya menyadari selama Intifada kedua apa yang dilakukan Angkatan Udara Israel dan militer Israel adalah kejahatan perang, meneror populasi jutaan orang Palestina."

Baca Juga: Kisah Nadeen Abdullatif Gadis Usia 10 Tahun Palestina yang Lolos dari pemboman di Gaza

Baca Juga: Istri Almarhum Sapri Pantun Lahirkan Bayi Laki-laki

"Ketika saya menyadari itu, saya memutuskan untuk tidak hanya pergi tetapi untuk mengajak pilot lain secara terbuka untuk menolak mengambil bagian di dalam kejahatan ini," katanya kepada AA.

Shapira mengaku bahwa dia dibesarkan tanpa tahu mendalam soal Palestina atau sejarah krisis dengan Israel.

"Sebagai seorang anak di Israel, Anda dibesarkan dalam pendidikan militeristik Zionis yang sangat kuat. Anda hampir tidak tahu apa-apa tentang Palestina."

"Mereka dikirim untuk melempar rudal dan bom di pusat kota Palestina."

"Pada titik tertentu, saya menyadari bahwa ini adalah tindakan terorisme," katanya, merujuk pada pilot di skuadron lain yang terlibat pembunuhan massal warga sipil.

Sembari menyebut kebijakan Israel kepada Palestina sebagai 'kejahatan perang', Shapira mengatakan pesan darinya untuk dunia.

"Pendudukan ini adalah tindak kriminal yang sedang berlangsung dan kejahatan perang, dan kami tidak ingin terus mengambil bagian dalam kejahatan perang ini," ujarnya.

Mantan tentara Israel itu mengatakan jika dia ingin melindungi, maka dia memilih berada di samping Palestina.

"Saya dipecat dari semua perusahaan tempat saya bekerja di Israel dan itu juga sulit bagi saya, karena saya mendukung perjuangan Palestina dan karena saya memberikan ceramah di seluruh dunia karena saya adalah bagian dari Boycott, Divestment and Sanctions (BDS)."

Baca Juga: Kisah Nadeen Abdullatif Gadis Usia 10 Tahun Palestina yang Lolos dari pemboman di Gaza

Baca Juga: Kasus Antigen Bekas di Kualanamu, Erick Tohir Pecat Seluruh Direksi Kimia Farma Diagnostika

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa Israel adalah negara apartheid dan "pemerintah dan komandan saya adalah penjahat perang.".***

Editor: Aan Febriansyah

Sumber: Anadolu Agency


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x