Bermula dari sini, Denver dan Monica mulai intens berinteraksi. Hingga Monica yang awalnya ketakutan karena sempat ditembak, berubah menjadi patuh dan mencintai Denver.
Apa yang terjadi pada Monica, dalam dunia psikologis dikenal sebagai fenomena Stockholm Syndrome.
Baca Juga: Rencana Kemendag Terapkan SNI Gula Konsumsi, IKAGI: Akan Berdampak Munculnya Isu Krusial
Sebuah fenomena psikologis yang berangkat dari kisah nyata. 47 tahun lalu, kasus serupa pernah terjadi.
Perampokan salah satu bank di Swedia, Sveriges Kredit Bank pada tahun 1973. Perampok Jan- Erik Olsson dan Clark Olofssoon bersenjata menyandera para karyawan bank selama lima hari.
Ketika berhasil dibebaskan, para sandera justru membela penyanderanya. Secara emosional mereka jadi menyayangi perampoknya.
Baca Juga: Bantai Tottenham Hotspur 3-0, Manchester City Kokoh di Puncak Klasemen Liga Inggris
Graham, Rawlings dan Rigsby dalam buku "Loving to Survive: Sexual Terror, Men’s Violence, and Women’s Lives" yang terbit pada 1994 mengemukakan bahwa Stockholm syndrome tidak akan terjadi tanpa adanya distorsi kognitif dalam diri korban.
Lebih lanjut Graham bersama rekan-rekannya, mengungkapkan, setidaknya ada empat kondisi yang bisa memicu respon psikologis yang mengarah kepada Stokcholm Syndrome.
Kondisi pertama adalah karena adanya ancaman, baik secara fisik maupun psikis yang dilakukan oleh pelaku.