Diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dari kitab Al-Birr wass Shilah wal Adab, Ibnu Syihab berkata:
“Aku belum pernah mendengar Rasulullah SAW memberi keringanan untuk berbohong kecuali dalam tiga hal, yakni ketika perang, mendamaikan orang, dan pembicaraan suami kepada istri atau istri kepada suami.”
Hadits tersebut berisi anjuran bahwa boleh berbohong untuk mendamaikan sebuah hubungan, menghilangkan permusuhan, dan memberantas penyebab-penyebabnya.
Dalam hal ini, sering kali seseorang akan berpikir mengatakan sejujurnya lebih baik meskipun menyakitkan. Dalam Islam, jika situasinya dapat merusak hubungan lebih baik tidak mengatakan sebenarnya.
Terutama kepada teman ketika terjadi kesalahpahaman. Orang yang melakukan perbuatan tersebut, bisa dianggap sebagai pengadu domba karena ia merusak hubungan sesama manusia.
Yang terbaik yang harus dilakukan seperti dalam hadits Rasullullah adalah menyampaikan perkataan yang baik untuk memperbaiki hubungan antara keduanya, walaupun ia harus melakukan kedustaan.
Bentuk berbohong lainnya, menggunakan sindiran atau menyamarkan yang disebut tauriyah. Artinya, seseorang berbohong bukan bohong benar-benar bohong karena berkata Ath-Thabari “Tidak boleh berbohong, apapun bentuknya.”
Lanjut mereka “Riwayat yang membolehkan dusta disini maksudnya adalah tauriyah.”
Baca Juga: Karakternya di Yumi’s Cells Sempat Dikritik, Begini Tanggapan Kim Go Eun