Begini Risiko Depresi Bermain Game Online Bagi Remaja Cowok, Berbeda dengan Cewek

- 24 Februari 2021, 11:24 WIB
Risiko anak kecanduan gawai atau gadget, bisa terpapar kekerasan, hingga radikalisme lewat dunia maya
Risiko anak kecanduan gawai atau gadget, bisa terpapar kekerasan, hingga radikalisme lewat dunia maya /drbeurkens.com

Ketika penulis studi mengontrol tingkat aktivitas fisik, mereka menemukan bahwa hubungan antara penggunaan video game reguler dan skor depresi yang lebih rendah hanya signifikan di antara anak laki-laki dengan tingkat aktivitas rendah.

Penulis berspekulasi, video game dapat memberikan kesempatan untuk interaksi sosial dan kesenangan yang sangat bermanfaat bagi anak laki-laki yang kebutuhannya tidak terpenuhi melalui olahraga atau permainan yang aktif secara fisik.

Baca Juga: Kode Redeem ML 24 Februari 2020, Klaim Sekrang Dapat Free Skin, Double EXP dan Lainnya.

Studi tersebut menemukan perbedaan gender yang mencolok dalam penggunaan dan efek waktu layar.

Anak laki-laki menghabiskan lebih banyak waktu daripada anak perempuan untuk bermain video game, sedangkan anak perempuan menghabiskan lebih banyak waktu daripada anak laki-laki menggunakan media sosial.

Penggunaan video game secara teratur dikaitkan dengan skor depresi yang lebih rendah pada anak laki-laki tetapi tidak pada perempuan, sementara penggunaan media sosial yang sering dikaitkan dengan skor depresi yang lebih tinggi pada anak perempuan tetapi tidak pada anak laki-laki.

Baca Juga: Jejak Leang Bulu'Sipong 4, Situs Lukisan Manusia Prasejarah Berusia Berabad Tahun

Anak perempuan yang menggunakan media sosial hampir setiap hari dalam seminggu pada usia 11 memiliki skor depresi 13 persen lebih tinggi pada usia 14 tahun daripada anak perempuan yang jarang atau tidak pernah menggunakan media sosial.

“Perbedaan dalam hubungan antara perilaku menetap dan gejala depresi berdasarkan jenis kelamin atau gender tidak mengejutkan saya,” kata seorang Profesor Epidemiologi di The University of Alabama di Birmingham, Kelley Pettee Gabriel, PhD, FACSM, FAHA.

Ia menambahkan memang ada karakteristik kunci lain yang juga bisa dimasukkan dalam penelitian dengan sampel penelitian yang lebih beragam, termasuk ras, etnis, dan faktor status sosial ekonomi keluarga.

Halaman:

Editor: St. Aas Mahari Basri

Sumber: Healthline


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x